A. Pelaksanaan Sidang
1. ACCSQ-Prepared Foodstuff Products Working Group (PFPWG) and Related Meetings dipimpin oleh Tetty H. Sihombing, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Badan POM Indonesia dan dihadiri oleh semua negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN. Rangkaian ACCSQ-PFPWG sebagai berikut :
The 10th ASEAN Food Testing Laboratory Committee tanggal 27-28 Maret 2017
The 16th Meeting of Task Force on Harmonisation of Prepared Foodstuff Standard (TFHPFS) tanggal 29 Maret 2017 (Lampiran 2);
The 24th Meeting of ACCSQ- PFPWG tanggal 30-31 Maret 2017
2. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Chairun Nissa, Kasubdit Sertifikasi Pangan, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, BPOM dan didampingi perwakilan dari Kemenlu, Kemenperin, Kemendag, BPOM, BSN dan perwakilan GAPMMI.
Pokok-pokok hasil pertemuan :
The 10th ASEAN Food Testing Laboratory Committee tanggal 27-28 Maret 2017;
Sidang membahas penambahan ruang lingkup dan mekanisme ASEAN Food Reference Laboratories (AFRLs). Sebagai tindak lanjut, disepakati mengadakan workshop finalisasi draft Mechanism and Procedures for Monitoring the Performance of AFRLs back to back dengan pertemuan AFTLC berikutnya. Thailand akan mengajukan proposal kepada ASEC yang kemudian diteruskan ke Physikalisch-Technische Bundesanstalt untuk dapat dipertimbangkan.
Pertemuan belum mencapai kesepakatan terhadap area baru dan istilah Drug Adulteration in Food sebagai AFRL, dan akan meminta arahan dari PFPWG.
Singapura melaporkan hasil survei Phytotoxin dan menghasilkan beberapa catatan sebagai berikut:
merupakan ancaman keamanan pangan yang semakin nyata.
Setengah responden dari ASEAN mengakui bahwa Phytotoxin mengkhawatirkan, dengan 60% mengindikasikan adanya kandungan Phytotoxin dalam persediaan pangan mereka.
Dua komoditi yang dikhawatirkan mengandung Phytotoxin adalah jamur (mushrooms) dan singkong/tepung singkong (cassava root/cassava flour).
Mayoritas responden (90%) yang berada di ASEAN, mengindikasikan perlunya metoda pengujian dan pelatihan pengujian Phytotoxin pada makanan.
Dari kesimpulan tersebut, Singapura mengusulkan memperluas ruang lingkup AFRL for Mycotoxin dengan menyertakan Phytotoxin sebagai AFRL for Phytotoxin.
The 16th Meeting of Task Force on Harmonisation of Prepared Foodstuff Standard (TFHPFS) tanggal 29 Maret 2017;
Sidang Ke-16 TF HPFS dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 di Angkor Century Hotel, Siem Reap, Kamboja. Sidang dipimpin oleh Dr. Sivong Sengaloundeth, Deputy Director General of Food and Drug Department, Ministry of Health, Lao PDR, dan Co-Chair adalah Ms. Oratai Silapanapaporn, Adviser of National Bureau of Agricultural Commodity and Food Standards, Ministry of Agriculture and Cooperatives, Thailand. Sidang dihadiri oleh delegasi dari seluruh negara anggota ASEAN kecuali Brunei, serta perwakilan dari Sekretariat ASEAN.
ASEAN Maximum Level for Food Additives
Indonesia menyampaikan rekomendasi workshop on Development of an ASEAN Guideline for Food Additives. Sidang menyetujui rekomendasi workshop tersebut termasuk draft outline “ASEAN Standard for Food Additives”, dan meminta EU ARISE untuk menyusun draft awal yang akan disirkulasikan kepada AMS sebelum tanggal 1 Mei 2017 melalui Sekretariat ASEAN.
Masukan AMS disampaikan kepada ASEAN Sekretariat sebelum tanggal 31 Juli 2017. ASEAN Sekretariat akan mengkompilasi semua masukan dan mensirkulasi kompilasi tersebut kepada TF HPFS sebelum Sidang ke-17 TF HPFS.
ew masukan AMS akan dibahas pada sidang ke-17 TF HPFS dan mempertimbangkan kemungkinan untuk melaksanakan workshop penyusunan 1st draft ASEAN General Standard on Food Additives di awal tahun 2018.
Masukan dari working group lain yang terkait, akan diminta setelah 1st draft ASEAN Standard on Food Additives selesai. Sidang juga sepakat membuka kemungkinan mengundang perwakilan dari sectoral bodies pada workshop berikutnya.
Food Safety Requirements on Food Contaminants
Malaysia melaporkan usulan template untuk list ASEAN Maximum Level for Contaminants and Toxin in Food and Feed. Sidang mencatat bahwa template dibuat berdasarkan Annex II of ASEAN Principles and Criteria for Establishment of ASEAN Maximum Levels for Food Contaminants in Food and Feed, sebagaimana yang telah ditetapkan pada Sidang Ke-23 PFPWG, dengan tambahan kolom terkait HS Code untuk masing-masing produk komoditi.
Sidang mencatat bahwa Kamboja, Indonesia dan Myanmar mendukung tambahan kolom tersebut, sementara Singapura fleksibel atas penambahan kolom HS Code tersebut. Sidang mencatat bahwa AMS memerlukan konsultasi nasional terkait hal ini. Sidang meminta Malaysia untuk menyandingkan HS Code yang ada dengan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature (AHTN), dan melakukan update produk sesuai HS Code/AHTN 2017.
Food Safety Requirements on Food Contact Materials
Thailand melaporkan perubahan terbaruthe 3rd draft oftheASEAN Common Food Control Requirements on Food Contact Material (ACFCR on FCM) berdasarkan masukan dari Indonesia,Thailand dan ARISE. Sidang sepakat agar AMS perlu mengadakan konsultasi domestik guna membahas dokumen dimaksud. Dalam pelaksanaan konsultasi domestik tersebut, Sidang meminta AMS untuk mempertimbangkan keputusan yang telah dibuat pada Sidang TF HPFS sebelumnya, dan memberikan masukan sebelum tanggal 31 Mei 2017. Hasil kompilasi akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Sidang mencatat bahwa bahwa draft GMP Guideline telah disusun oleh EU ARISE Expert, dan sepakat membahas draft GMP Guideline setelah TF HPFS memfinalisasi dokumen ACFCR on FCM.
The 24th Meeting of ACCSQ- PFPWG tanggal 30-31 Maret 2017
Development on MRA for Inspection and Certification System for Food Hygiene on Prepared Foodstuff Products.
Sidang sepakat untuk tidak melakukan perubahan atas teks asli MRA, dan menunggu endorsement dari seluruh AMS di tingkat ACCSQ dan SEOM untuk kemudian ditandatangani oleh AEM pada September 2017.
Technical Infrastructure for Food Safety in ASEAN - AFTLC
Sidang meng-endorse Extension of Scope of the Existing ASEAN Food Reference Laboratories yang telah dirumuskan dan disetujui oleh the ASEAN Food Testing Laboratory Committee (AFTLC).
Sidang meminta agar usulan Vietnam terkait Drug Adulteration in Food di Sidang ASEAN Food Testing Laboratory Committee mendapatkan konsensus dari setiap AMS sebelum diangkat ke sidang PFPWG. Usulan Vietnam tersebut telah disetujui oleh semua AMS kecuali Singapura. Pertimbangan Singapura menolak usulan tersebut dikarenakan tidak adanya “genuine need” serta lebih terkait ke suplemen kesehatan dibandingkan produk pangan.
ASEAN Food Safety Network (AFSN)
Setiap AMS diminta untuk memutakhirkan kontak individu beserta tautan laman nasional yang berisikan peraturan produk pangan olahan untuk diunggah kelaman ASEAN Food Safety Network (AFSN).
ASEAN Food Safety Regulatory Framework
Sidang menyetujui TOR dan Work Plan Task Force on the Development of Instrument for Implementation of ASEAN Food Safety Regulatory Framework (TF AFSRF).TOR beserta Work Plan tersebut akan kemudian disirkulasikan ke SEOM, SOM AMAF, dan SOM HD untuk mendapatkan endorsement secara ad-referendum.
2016 – 2025 Sub Sector Action Plan for PFPWG
Sidang meminta Sekretariat PFPWG untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam penyusunan 2016 – 2025 Sub Sector Action Plan for PFPWG, sebagai berikut:
Menyatukan sejumlah langkah aksi yang sama menjadi satu langkah aksi, seperti langkah aksi untuk fungsi dari Joint Sectoral Committee (JSC).
Menghindari pemanfaatan kata “legal”.
Tidak mencantumkan leading country dalam setiap langkah aksi.
Memperhatikan penamaan sejumlah dokumen langkah aksi yang telah berubah nama.
Updates on the Activities of the Cluster 4: Ensuring Food Safety Under SOM HD
Cluster 4 merupakan badan sektoral ASEAN di bawah SOM HD yang menangani isu “Ensuring Food Safety” serta memilliki key project “Capacity Building on Judgement of Equivalence of National Food Control System in ASEAN”. Dalam rangka implementasi MRA on Inspection and Certification of Food Hygiene for Prepared Foodstuff Products nantinya, PFPWG telah menetapkan sejumlah dokumen terkait National Food Control System dimana pengembangan dokumen tersebut merupakan rencana kerja dari Cluster 4. Untuk menghindari duplikasi kerja, sidang sepakat untuk saling membagi perkembangan aktivitas PFPWG dan Cluster 4 dan meminta Cluster 4 untuk mempertimbangkan hasil-hasil kerja dari PFPWG dalam menetapkan rencana kerja Cluster 4.
Date and Venue of the Next Meeting
Sidang meminta Laos mempertimbangkan pertemuan berikutnya dapat diselenggarakan di Luong Prabang, Laos pada November 2017.